.....

Kamis, 20 Januari 2011

MAKALAH KARYA TULIS ILMIAH


MAKALAH PRESENTASI KARYA ILMIAH
TENTANG
“PERMAINAN TRADISIONAL MEMPENGARUHI KREATIVITAS ANAK”


uncok.png


DISUSUN OLEH:
AINUN MUCHLISATUN
NIM: 1040101485
Fakultas: KIP / PKN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO YOGYAKARTA


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
BAB II ISI
B.     Permainan Dan Kreativitas Anak
1.      Definisi permainan
a.       Permainan Modern
b.      Permainan Tradisional
2.      Jenis permainan
a.       Permainan Individu
b.      Permainan Kelompok
c.       Permainan Pabrikasi
d.      Permainan Buatan Sendiri
BAB III
C.     Permainan Dalam Fakta
1.      Anak Lebih Tertarik Pada Permainan Konsumtif
2.      Permainan Produksi Pabrik Lebih Menarik dan Bervariasi
3.      Permainan Tradisional Stagmen (Tidak Berkembang)
BAB IV PENUTUP
D.    Kesimpulan
Lampiran 1 Daftar Pustaka




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang masalah
 Permainan tradisional saat ini telah memasuki taraf  yang mengkhawatirkan. Bahkan bisa dikatakan permainan tradisional akan memasuki masa kepunahannya. Permainan tradisional merupakan tradisi yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia. Permainan tradisional yang ada di Indonesia ternyata berjumlah ribuan, namun permainan-permainan tradisional tersebut kini mulai terkikis sehingga keberadaannya sedikit demi sedikit khususnya di kota-kota besar dan mungkin untuk anak-anak sekarang ini banyak yang tidak mengenal dengan permainan tradisional. Padahal permainan tradisional itu lebih atraktif dan menyenangkan hati. Semakin tidak populernya permainan tradisional tersebut dikarenakan banyak munculnya permainan buatan pabrik dan kesemua permainan tersebut adalah murni produk dari luar Indonesia. Sebagai contoh dibanjirinya Indonesia dengan PlayStation (PS) yang merupakan produk dari Jepang dimana sekarang telah mencapai versi yang ketiga. Dengan banyaknya permainan elektronik maupun non elektronik yang menyenangkan dan menghibur yang ada dipasaran Indonesia, maka sedikit demi sedikit keberadaan dari permainan tradisional semakin tersisihkan.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa permainan-permainan yang sekarang membanjiri pasar Indonesia lebih menarik, atraktif, dan menghibur dibandingkan dengan permainan tradisional yang akan membuat banyak anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya bersama permainan-permainan tersebut.  Disamping itu, banyak orang tua sekarang lebih senang membelikan permainan-permainan elektronik maupun non elektronik tersebut untuk anaknya daripada mengajarkan anak-anak mereka permainan-permainan tradisional yang dulu pernah dilakukan oleh para orang tua tersebut.  Entah karena alasan tidak ada waktu untuk mengajari yang dikarenakan disibukan oleh pekerjaan atau karena menganggap permainan tersebut sudah ketinggalan jaman dan tidak perlu diajarkan kepada anak-anak mereka.
Modernisasi telah membuat permainan tradisional dilupakan dan permainan modern berkembang pesat dengan jenis-jenisnya yang makin variatif, sehingga permainan tradisional kini kian tersisih. Permainan modern memang bisa dimainkan dimana saja dan kapan saja dimulai dari anak-anak sampai mereka yang telah dewasa. Sebaiknya ada upaya dari orang tua yang  pernah mengalami fase permainan tradisional untuk memperkenalkan dan melestarikan kembali permainan tradisional. Sebab, permainan–permainan tersebut sangat besaar pengaruhnya terhadap perkembangan kreativitas, jiwa, fisik, dan mental anak.
 Apabila para orang tua ditanya tentang masa kanak-kanaknya, tentu  orang tua dengan suka cita menceritakan berbagai pengalaman menyenangkan yang pernah dialami. Semuanya begitu indah dan menggembirakan. Mengapa demikian? Karena masa kanak-kanak adalah masa bermain. Hampir atau semua aktivitas anak adalah bermain.
Namun masih ada orang tua yang beranggapan bahwa bermain adalah aktivitas membuang-buang waktu. Mereka lebih suka melihat anaknya belajar dengan duduk rapih tanpa keributan, daripada bergerak (moving) dan bersuara (noice).

Anak diajari konsumtif
 Anak – anak sekarang sudah mulai jarang mengenal permainan tradisional di karenakan anak sekarang sudah diajarkan budaya konsumtif oleh orang tuanya secara taksadar. Konsumtif sendiri berarti suatu perilaku boros yang mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan dari pada kebutuhan dan tanpa memperdulikan seberapa pentingkah barang barang tersebut. Hal itu dapat disebut tindakan konsumtif.
 Perilaku konsumtif pada anak lebih karena faktor lingkungan. Anak tidak bisa mengembangkan sikap bahwa apa yang dimilikinya juga menarik. Padahal, sikap tersebut akan membuat anak lebih menghargai apa yang dimilikinya. Menempatkan sesuatu sesuai dengan manfaat maupun fungsinya akan membuat anak mengerti. Seharusnya anak diajari untuk mengenal benda yang diinginkan berdasarkan fungsinya, Perilaku konsumtif juga bisa terlihat dari kebiasaan anak membeli barang secara terus-menerus. Walaupun sudah bertumpuk di rumah, anak tetap merengek minta mainan saat berjalan-jalan di pertokoan.
     
Mungkin, jika dilihat dari harga, mainan yang diminta cukup murah. Namun, menjadi tidak baik bagi anak kalau orangtua membelikannya terus-menerus karena faktor murah. Bila seperti itu keadaannya, orangtua juga harus membuat perencanaan. Anak perlu diberi pengertian membeli mainan cukup satu bulan sekali. Hal ini akan membuat mereka untuk tidak konsumtif. Sayang, orang tua terkadang tidak konsisten dengan apa yang dikatakan. Ada yang tidak membolehkan membeli mainan saat harganya masih mahal. Namun, begitu harganya turun, mereka memperbolehkan anak membelinya. Berarti, orangtua bersikap mendua. Sikap ini tidak baik bagi orangtua maupun anak. Sebab, anak akan merasa orangtua pasti akan membelikan barang tersebut. Kebiasaan meminta dibelikan mainan atau sesuatu secara terus – menerus bukan semata – mata disebabkan oleh si anak. Tindakkan anak yang seperti itu karena ada perlakuan dari orang tuanya. Rasa bersalah karena orang tua bekerja dan meninggalkan anak di rumah dalam waktu yang lama kerap menjadi alasan. Itu sebabnya , saat pergi bersama anak ke pusat perbelanjaan , dengan ringan orang tua akan membelikan sesuatu yang diinginkan oleh anaknya. Perlakuan konsumtif pun terlihat pada permainan anak-anak. Coba saja tengok, tempat main yang mengharuskan anak-anak untuk membeli kartu isi ulang seharga kurang lebih Rp. 100,000. Setelah itu anak-anak bisa bermain apa saja: lempar bola basket, bowling, menangkap ikan, lomba sepeda motor. Apa saja. Di akhir permainan, di bagian bawah mesin permainan akan keluar berlembar-lembar tiket yang kemudian dapat ditukar dengan barang sejumlah tiket yang kita miliki. Kalau harga nominal kartu tersebut telah habis, berarti si anak harus mengisi ulang kartu tersebut yang itu berarti orangtua harus kembali merogoh kantungnya. Permainan jenis ini mirip dengan permainan judi saja. Semakin banyak “token” yang kita dapatkan, maka kita akan semakin kaya. Kita lalu akan semakin bersemangat untuk mendapatkan “token” itu.
 Kalau orangtua selalu saja menuruti keinginan anak sama aja orang tua juga  bertindak konsumtif, bukan tidak mungkin anak akan menyerap dan mengingat pengalaman tersebut. Dengan kata lain, rumah juga menjadi tempat untuk membiasakan anak agar tidak bertindak konsumtif.

Dampak konsumtif
 Dampak dari konsumtif seperti yang kita tahu “Segala sesuatu jika berlebihan pasti tidak baik” berlaku juga pada pola konsumtif jika berlebihan maka akan merugikan. Berikut dampak negatif dari pola konsumtif :
Dampak negatif :
·         Pemborosan, Banyak sekali barang yang dibeli kemudian tidak dipakai lagi.
·         Dapat membuat orang hidup serba praktis. Dan hal tersebut menjadikan kita malas.
·         Kurangnya bersosialisasi langsung dengan teman – teman sekitar



BAB 2
PEMBAHASAN

B.     Permainan dan kreativitas anak
 Bermain, merupakan sebuah kegiatan yang sangat akrab dengan kehidupan manusia. Pada saat-saat manusia berada dalam proses pembentukan diri-dari kanak-kanak menuju dewasa tidak satupun diantara induvidu manusia yang tidak mengenal “Permainan”.
Bermain adalah melakukan permainan yang menyenangkan hati dengan menggunakan alat atau tidak Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ), Permainan adalah sesuatu yang digunakan untuk bermain; barang atau sesuatu yang dipermainkan; perbuatan yang dilakukan  dengan tidak sungguh-sungguh (hanya untuk main-main).
Meskipun bentuk permainan anak-anak diseluruh dunia dari waktu kewaktu berbeda-beda, tetapi tampaknya esensinya tetap sama. Esensi bermain yaitu mencakup aktif, menyenangkan, motivasi internal, memiliki aturan serta simbolis dan berarti.         
 Beberapa permainan yang tercipta disebut dengan Permainan atau game merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenang-senang, mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan. Permainan biasanya dilakukan sendiri atau bersama-sama (kelompok). Di lingkungan yang masih terlihat keakraban antar anggota masyarakat, banyak permainan yang dilakukan oleh anak-anak secara beramai-ramai dengan teman-teman mereka di halaman atau di teras rumah. Mereka berkelompok, berlarian, atau duduk melingkar memainkan salah satu permainan dan tercipta keakraban permainan tradisional, sedangkan di sisi lain beberapa permainan yang lebih akhir (dan biasanya menggunakan peralatan yang canggih) disebut permainan modern.

1.      Definisi permainan
a)      Permainan Modern
Permainan modern adalah permainan yang diciptakan lebih akhir dan biasanya menggunakan peralatan yang canggih. Permainan modern memang bisa dimainkan dimana saja dan kapan saja. Mulai dari anak-anak sampai mereka yang telah dewasa. Misalnya bermain game dari komputer dan handphone . Hal tersebut tidak mengherankan karena permainan ini tidak memerlukan tempat khusus dan luas serta bisa dimainkan sendiri.
 Permainan modern membuat anak - anak asik sendiri, cenderung individual, jarang bergaul secara “nyata” karena mereka gaul lewat “dunia maya” dan yang jelas permainan sekarang lebih banyak menguras uang. Anak-anak terlena oleh televisi dan video game yang ternyata banyak memberi dampak negatif  bagi anak-anak, baik dari segi kesehatan, psikologis maupun penurunan konsentrasi dan semangat belajar. Anak –anak juga dininabobokan dengan permainan-permainan modern yang berbau IT seperti PS atau sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menonton televisi, sehingga permainan anak-anak yang dahulu demikian populernya sudah ditinggalkan. Akibatnya waktu untuk bermain bersama teman-temannya  berkurang. Di kota-kota besar tampaknya sekarang rumah begitu padatnya, sehingga mencari tanah lapang yang biasa untuk berkumpul anak-anak sudah tidak seperti dulu lagi.
Dampak positif  dan negative pada permainan modern :
Positif (+)
ª      Mampu menghilangkan rasa penat
ª      Menciptakan kecerdasan bagi pemainnya
ª      Dengan game keasahan otak dituntut untuk memenangkan sesuatu entah mendapatkan point terbanyak atau menjadi “the winner” dlam sebuah permainan
Negative (-)
ª      Menjadikan anak malas belajar
ª      Berpengaruh terhadap sifat
ª      Ketagihan untuk bermainan terus
ª      Menghabiskan uang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Shadow Word generated at Pimp-My-Profile.com