MAKALAH PRESENTASI
KARYA ILMIAH
TENTANG
“PERMAINAN
TRADISIONAL MEMPENGARUHI KREATIVITAS ANAK”

DISUSUN
OLEH:
AINUN
MUCHLISATUN
NIM:
1040101485
Fakultas:
KIP / PKN
UNIVERSITAS
COKROAMINOTO YOGYAKARTA
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
BAB II ISI
B. Permainan
Dan Kreativitas Anak
1. Definisi
permainan
a. Permainan
Modern
b. Permainan
Tradisional
2. Jenis
permainan
a. Permainan
Individu
b. Permainan
Kelompok
c. Permainan
Pabrikasi
d. Permainan
Buatan Sendiri
BAB III
C. Permainan
Dalam Fakta
1. Anak
Lebih Tertarik Pada Permainan Konsumtif
2. Permainan
Produksi Pabrik Lebih Menarik dan Bervariasi
3. Permainan
Tradisional Stagmen (Tidak Berkembang)
BAB IV PENUTUP
D. Kesimpulan
Lampiran 1 Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Permainan tradisional saat ini telah memasuki
taraf yang mengkhawatirkan. Bahkan bisa
dikatakan permainan tradisional akan memasuki masa kepunahannya. Permainan
tradisional merupakan tradisi yang diwariskan secara turun temurun dari nenek
moyang bangsa Indonesia. Permainan tradisional yang ada di Indonesia ternyata
berjumlah ribuan, namun permainan-permainan tradisional tersebut kini mulai
terkikis sehingga keberadaannya sedikit demi sedikit khususnya di kota-kota
besar dan mungkin untuk anak-anak sekarang ini banyak yang tidak mengenal dengan
permainan tradisional. Padahal permainan tradisional itu lebih atraktif dan
menyenangkan hati. Semakin tidak populernya permainan tradisional tersebut
dikarenakan banyak munculnya permainan buatan pabrik dan kesemua permainan
tersebut adalah murni produk dari luar Indonesia. Sebagai contoh dibanjirinya
Indonesia dengan PlayStation (PS) yang merupakan produk dari Jepang dimana
sekarang telah mencapai versi yang ketiga. Dengan banyaknya permainan
elektronik maupun non elektronik yang menyenangkan dan menghibur yang ada
dipasaran Indonesia, maka sedikit demi sedikit keberadaan dari permainan
tradisional semakin tersisihkan.
Memang
tidak dapat dipungkiri bahwa permainan-permainan yang sekarang membanjiri pasar
Indonesia lebih menarik, atraktif, dan menghibur dibandingkan dengan permainan
tradisional yang akan membuat banyak anak-anak menghabiskan sebagian besar
waktunya bersama permainan-permainan tersebut. Disamping itu, banyak orang tua sekarang lebih
senang membelikan permainan-permainan elektronik maupun non elektronik tersebut
untuk anaknya daripada mengajarkan anak-anak mereka permainan-permainan
tradisional yang dulu pernah dilakukan oleh para orang tua tersebut. Entah karena alasan tidak ada waktu untuk
mengajari yang dikarenakan disibukan oleh pekerjaan atau karena menganggap
permainan tersebut sudah ketinggalan jaman dan tidak perlu diajarkan kepada
anak-anak mereka.
Modernisasi
telah membuat permainan tradisional dilupakan dan permainan modern berkembang
pesat dengan jenis-jenisnya yang makin variatif, sehingga permainan tradisional
kini kian tersisih. Permainan modern memang bisa dimainkan dimana saja dan
kapan saja dimulai dari anak-anak sampai mereka yang telah dewasa. Sebaiknya
ada upaya dari orang tua yang pernah
mengalami fase permainan tradisional untuk memperkenalkan dan melestarikan
kembali permainan tradisional. Sebab, permainan–permainan tersebut sangat
besaar pengaruhnya terhadap perkembangan kreativitas, jiwa, fisik, dan mental
anak.
Apabila para orang tua ditanya tentang masa
kanak-kanaknya, tentu orang tua dengan
suka cita menceritakan berbagai pengalaman menyenangkan yang pernah dialami.
Semuanya begitu indah dan menggembirakan. Mengapa demikian? Karena masa
kanak-kanak adalah masa bermain. Hampir atau semua aktivitas anak adalah
bermain.
Namun masih ada orang tua yang beranggapan bahwa bermain adalah aktivitas membuang-buang waktu. Mereka lebih suka melihat anaknya belajar dengan duduk rapih tanpa keributan, daripada bergerak (moving) dan bersuara (noice).
Namun masih ada orang tua yang beranggapan bahwa bermain adalah aktivitas membuang-buang waktu. Mereka lebih suka melihat anaknya belajar dengan duduk rapih tanpa keributan, daripada bergerak (moving) dan bersuara (noice).
Anak diajari
konsumtif
Anak – anak sekarang sudah mulai jarang
mengenal permainan tradisional di karenakan anak sekarang sudah diajarkan
budaya konsumtif oleh orang tuanya secara taksadar. Konsumtif sendiri berarti suatu
perilaku boros yang mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan, yang lebih
mendahulukan keinginan dari pada kebutuhan dan tanpa memperdulikan seberapa pentingkah
barang barang tersebut. Hal itu dapat disebut tindakan konsumtif.
Perilaku konsumtif
pada anak lebih karena faktor lingkungan. Anak tidak bisa mengembangkan
sikap bahwa apa yang dimilikinya juga menarik. Padahal, sikap tersebut akan
membuat anak lebih menghargai apa yang dimilikinya. Menempatkan sesuatu sesuai
dengan manfaat maupun fungsinya akan membuat anak mengerti. Seharusnya anak diajari
untuk mengenal benda yang diinginkan berdasarkan fungsinya, Perilaku konsumtif
juga bisa terlihat dari kebiasaan anak membeli barang secara terus-menerus.
Walaupun sudah bertumpuk di rumah, anak tetap merengek minta mainan saat
berjalan-jalan di pertokoan.
Mungkin, jika dilihat dari harga, mainan yang diminta
cukup murah. Namun, menjadi tidak baik bagi anak kalau orangtua membelikannya
terus-menerus karena faktor murah. Bila seperti itu keadaannya, orangtua juga
harus membuat perencanaan. Anak perlu diberi pengertian membeli mainan cukup
satu bulan sekali. Hal ini akan membuat mereka untuk tidak konsumtif. Sayang,
orang tua terkadang tidak konsisten dengan apa yang dikatakan. Ada yang tidak
membolehkan membeli mainan saat harganya masih mahal. Namun, begitu harganya
turun, mereka memperbolehkan anak membelinya. Berarti, orangtua bersikap
mendua. Sikap ini tidak baik bagi orangtua maupun anak. Sebab, anak akan merasa
orangtua pasti akan membelikan barang tersebut. Kebiasaan meminta dibelikan
mainan atau sesuatu secara terus – menerus bukan semata – mata disebabkan oleh
si anak. Tindakkan anak yang seperti itu karena ada perlakuan dari orang
tuanya. Rasa bersalah karena orang tua bekerja dan meninggalkan anak di rumah
dalam waktu yang lama kerap menjadi alasan. Itu sebabnya , saat pergi bersama
anak ke pusat perbelanjaan , dengan ringan orang tua akan membelikan sesuatu
yang diinginkan oleh anaknya. Perlakuan konsumtif pun terlihat pada permainan anak-anak.
Coba saja tengok, tempat main yang mengharuskan anak-anak untuk membeli kartu
isi ulang seharga kurang lebih Rp. 100,000. Setelah itu anak-anak bisa bermain
apa saja: lempar bola basket, bowling, menangkap ikan, lomba sepeda motor. Apa
saja. Di akhir permainan, di bagian bawah mesin permainan akan keluar
berlembar-lembar tiket yang kemudian dapat ditukar dengan barang sejumlah tiket
yang kita miliki. Kalau harga nominal kartu tersebut telah habis, berarti si
anak harus mengisi ulang kartu tersebut yang itu berarti orangtua harus kembali
merogoh kantungnya. Permainan jenis ini mirip dengan permainan judi saja.
Semakin banyak “token” yang kita dapatkan, maka kita akan semakin kaya. Kita
lalu akan semakin bersemangat untuk mendapatkan “token” itu.
Kalau orangtua
selalu saja menuruti keinginan anak sama aja orang tua juga bertindak konsumtif, bukan tidak mungkin anak
akan menyerap dan mengingat pengalaman tersebut. Dengan kata lain, rumah juga
menjadi tempat untuk membiasakan anak agar tidak bertindak konsumtif.
Dampak konsumtif
Dampak dari
konsumtif seperti yang kita tahu “Segala sesuatu jika berlebihan pasti tidak
baik” berlaku juga pada pola konsumtif jika berlebihan maka akan merugikan.
Berikut dampak negatif dari pola konsumtif :
Dampak negatif :
·
Pemborosan, Banyak
sekali barang yang dibeli kemudian tidak dipakai lagi.
·
Dapat membuat orang
hidup serba praktis. Dan hal tersebut menjadikan kita malas.
·
Kurangnya
bersosialisasi langsung dengan teman – teman sekitar
BAB 2
PEMBAHASAN
B.
Permainan dan kreativitas anak
Bermain, merupakan sebuah kegiatan yang sangat
akrab dengan kehidupan manusia. Pada saat-saat manusia berada dalam proses
pembentukan diri-dari kanak-kanak menuju dewasa tidak satupun diantara induvidu
manusia yang tidak mengenal “Permainan”.
Bermain
adalah melakukan permainan yang menyenangkan hati dengan menggunakan alat atau
tidak Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ), Permainan adalah sesuatu yang
digunakan untuk bermain; barang atau sesuatu yang dipermainkan; perbuatan yang
dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh
(hanya untuk main-main).
Meskipun
bentuk permainan anak-anak diseluruh dunia dari waktu kewaktu berbeda-beda,
tetapi tampaknya esensinya tetap sama. Esensi bermain yaitu mencakup aktif,
menyenangkan, motivasi internal, memiliki aturan serta simbolis dan berarti.
Beberapa permainan yang tercipta disebut
dengan Permainan atau game merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan
bersenang-senang, mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan. Permainan
biasanya dilakukan sendiri atau bersama-sama (kelompok). Di lingkungan yang
masih terlihat keakraban antar anggota masyarakat, banyak permainan yang
dilakukan oleh anak-anak secara beramai-ramai dengan teman-teman mereka di
halaman atau di teras rumah. Mereka berkelompok, berlarian, atau duduk
melingkar memainkan salah satu permainan dan tercipta keakraban permainan
tradisional, sedangkan di sisi lain beberapa permainan yang lebih akhir (dan
biasanya menggunakan peralatan yang canggih) disebut permainan modern.
1.
Definisi
permainan
a)
Permainan Modern
Permainan
modern adalah permainan yang diciptakan lebih akhir dan biasanya menggunakan
peralatan yang canggih. Permainan modern memang bisa dimainkan dimana saja dan
kapan saja. Mulai dari anak-anak sampai mereka yang telah dewasa. Misalnya bermain
game dari komputer dan handphone . Hal tersebut tidak mengherankan karena
permainan ini tidak memerlukan tempat khusus dan luas serta bisa dimainkan
sendiri.
Permainan modern membuat anak - anak asik
sendiri, cenderung individual, jarang bergaul secara “nyata” karena mereka gaul
lewat “dunia maya” dan yang jelas permainan sekarang lebih banyak menguras uang.
Anak-anak terlena oleh televisi dan video game
yang ternyata banyak memberi dampak negatif bagi anak-anak, baik dari segi kesehatan, psikologis
maupun penurunan konsentrasi dan semangat belajar. Anak –anak juga dininabobokan
dengan permainan-permainan modern yang berbau IT seperti PS atau sebagian besar
waktunya dihabiskan untuk menonton televisi, sehingga permainan anak-anak yang
dahulu demikian populernya sudah ditinggalkan. Akibatnya waktu untuk bermain
bersama teman-temannya berkurang. Di
kota-kota besar tampaknya sekarang rumah begitu padatnya, sehingga mencari
tanah lapang yang biasa untuk berkumpul anak-anak sudah tidak seperti dulu
lagi.
Dampak positif dan negative pada
permainan modern :
Positif (+)
ª Mampu menghilangkan rasa
penat
ª
Menciptakan
kecerdasan bagi pemainnya
ª
Dengan
game keasahan otak dituntut untuk memenangkan sesuatu entah mendapatkan point
terbanyak atau menjadi “the winner” dlam sebuah permainan
Negative (-)
ª Menjadikan anak malas
belajar
ª
Berpengaruh
terhadap sifat
ª
Ketagihan
untuk bermainan terus
ª
Menghabiskan
uang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar